Rabu, 14 September 2011

KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN

BAB II
PEMBAHASAN

a.      Pengertian Kepemimpinan Pendidikan
Leadership atau kepemimpinan adalah “proses pengaruh-mempengaruhi antar pribadi atau antar orang dalam situasi tertentu, melalui proses komunikasi terarah untuk mencapai suatu tujuan tertentu”[1] atau menurut McFarland (1978) kepemimpinan adalah suatu proses dimana pimpinan dilukiskan akan memberikan perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan.
Mengenai kepemimpinan dalam sebuah lembaga pendidikan dalam hal ini kepala sekolah, Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan dan kesiapan seseorang untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan staf sekolah agar dapat bekerja secara efektif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan. Bahkan secara sederhana dpt disebut sebagai layanan bantuan yang diberikan kepala sekolah terhadap penetapan dan pencapaian tujuan.
b.      Unsur-unsur kepemimpinan.
Proses kepemimpinan dapat berjalan jika memenuhi unsur-unsur sbb.:
  • Ada yang memimpin
  • Ada yang dipimpin
  • Ada kegiatan pencapaian tujuan
  • Ada tujuan / target sasaran
c.       Syarat dan Prinsip Proses Kepemimpinan Pendidikan
1.      seorang pemimpin harus memiliki kepribadian yanng terpuji antara lain: periang, ramah, bersemangat, pemberani, murah hati, spontan, percaya diri, dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi.
2.      Paham dan menguasai tujuan yang hendak dicapai dan mampu mengkomunikasikan kepada bawahan dan stakeholder.
3.      Berwawasan lebih luas dibidang tugasnya dan bidang-bidang lain yang relevan. Berpegang pada prinsip-prinsip umum kependidikan yang meliputi: Konstruktif, Kreatif, Partisipatif, Kooperatif, Pendelegasian yang baik/proporsional, dan memahami dan menerapkan prinsip kepemimpinan Pancasila yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara.
Selain adanya syarat bagi seorang pemimpin yang baik ada beberapa Aspek personalitas yang penting dimiliki seorang pemimpin dalam kepemimpinan pendidikan, diantaranya :
  • Memiliki kemampuan yang lebih tinggi daripada orang-orang yang dipimpinnya dalam bidang pendidikan (Elsbree, 1967)
  • Memiliki keinginan yang terus-menerus untuk belajar menyesuaikan kemampuan dengan perkembangan dan tujuan organisasi yang dipimpinnya.
d.      Sifat-Sifat Seorang Pemimpin
Kemampuan Personality Kepemimpinan Pendidikan • Beberapa sifat yang dapat mendukung keberhasilan KS dalam menggalang hubungan dengan orang-orang yang dipimpinnya: - Bersahabat - Responsif - Periang - Antusias - Berani/bebas dari rasa takut dan bimbang - Murah hati - Percaya diri - Spontan - menerima
Sifat Kepribadian Pemimpin yang Efektif Memiliki visi kedepan yang jelas, Konseptualis Memanfaatkan pengalaman yang lalu, Kesadaran akan segala kemungkinan yang akan terjadi (antisipatif), Mengutamakan kebenaran informasi, Arsitek social, Mengenal dengan baik dirinya sendiri.
Sejumlah sifat lain yang harus dimiliki seorang pemimpin pendidikan Berpengalaman luas, Mengayomi, Paham terhadap, Mawas diri tujuan organisasi, Bersikap wajar, Berstamina, memiliki, Berjiwa besar antusiasme tinggi, Rasional, Bersikap adil, Pragmatis, Jujur/terbuka, Objektif, bijaksana (Burhanuddin, 1994).
e.        Tipe-Tipe Dasar Kepemimpinan
 1. Kepemimpinan otoriter : sangat mengandalkan kedudukannya / kekuasaannya sebagai pemimpin
 2. Kepemimpinan laizes-faire : pemimpin yang keberadaannya haya sebagai lambing
 3. Kepemimpinan demokratis : mengutamakan kerjasama antara atasan dan bawahan
4. Kepemimpinan pseudo-demokratis : nampak seperti demokratis tetapi semu karena tetap otoriter dan demi kepentingan kelompok tertentu saja.

f.       Hakekat Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan pendidikan pada hakekatnya merupakan produk situasional. Kepemimpinan praktik kepemimpinan di sekolah banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor situasi
Kepemimpinan yang berhasil adala kepemimpinan yang dapat memnuhi kebutuhan situasi dan dapat memilih / menerapkan teknik atau gaya kepemimpinan yang sesuai dengan tuntutan situasi tersebut
Berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan kepemimpinan antara lain:
  1. Karakteristik orang yang dipimpin
  2. Pekerjaan lingkungan sekolah
  3. Kultur atau budaya setempat
  4. Kepribadian kelompok
  5. Waktu yang dimiliki oleh sekolah
Tingkat perkembangan guru yang mempengaruhi keberhasilan keepemimpinan di sekolah
• P4 = tingkat perkembangan guru tinggi. Mereka memiliki kemampuan dan kemauan melaksanakan tugasnya
• P3 = tingkat perkembangan guru pada taraf sedang ke tinggi. Ditandai dengan adanya kemampuan tetapi tidak mau atau kurang yakin dengan apa yang dikerjakannya.
• P2 = tingkat perkembangan pada taraf rendah ke-sedang. Ditandai dengan tidak adanya kemampuan tetapi ada kemauan untuk bekerja
• P1 = tingkat perkembangan rendah. Tidak adanya kemampuan dan tidak ada kemauan untuk melaksanakan tugas dan selalu merasa kurang yakin dengan apa yang dikerjakannya
g.       Gaya-gaya Kepemimpinan
1.      Gaya 1 = instruktif (untuk P1) Perilaku pemimpin ada pada kadar direktif yang tinggi tetapi suporting yang rendah. Ia lebih banyak memberikan arahan dan pengawasan yang ketat kepada bawahan.
2.      Gaya 2 = Kaonsultasi (untuk P2) Pemimpin memberikan arahan tinggi 9intensif0 dan memberi suporting yang tinggi pula untuk mendukung kemauan yang dimiliki orang- orang yang dipimpinnya.
3.      Gaya 3 = Partisipasi (untuk P3) Pemimpin berusaha mendorong orang-orang yang dipimpinnya untuk menggunakan kemampuan yang dimiliki secara optimal. Seiring dengan meningkatnya kemampuan orang yang dipimpin, pemimpin lebih banyak bertukar pikiran/ pandangan dan memberi kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan.
4.      Gaya 4 = Delegasi (untuk P4) Pemimpin sudah lebih banyak memberikan pendelegasian wewenang. Arahan dan dukungan hanya diberikan pada hal-hal tertentu saja jika dianggap perlu saja. Dari berbagai sumber

















BAB III
KESIMPULAN

Setelah pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin pendidikan merupakan suatu kemampuan dan kesiapan seseorang untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan, dan menggerakkan staf sekolah agar dapat bekerja secara efektif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan.
Dan juga harus memiliki kemampuan yang lebih tinggi daripada orang-orang yang dipimpinnya dalam bidang pendidikan (Elsbree, 1967)
Memiliki keinginan yang terus-menerus untuk belajar menyesuaikan kemampuan dengan perkembangan dan tujuan organisasi yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin pendidikan Berpengalaman luas, Mengayomi, Paham terhadap, Mawas diri tujuan organisasi, Bersikap wajar, Berstamina, memiliki, Berjiwa besar antusiasme tinggi, Rasional, Bersikap adil, Pragmatis, Jujur/terbuka, Objektif, bijaksana















PENUTUP

Demikianlah uraian singkat yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan pembahasan ini dapat memberikan banyak pengetahuan bagi kita dan semoga kita dapat mengamalkannya di sekolahan masing-masing.
Kami menyadari masih banyak kekurangan berupa penulisan, kelengkapan data dan keakuratannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar pada pembuatan makalah yang selanjutnya lebih baik dari pada makalah ini.























DAFTAR PUSTAKA

  • Purwanto, Ngalim dan Sutaadji Djojopranoto; Administrasi pendidikan; Mutiara: Jakarta 1984
  • Lamberi, Busro dkk; Pengantar Kepemimpinan Pendidikan; Usaha Nasional : Surabaya
  • Burhanudin; Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan pendidikan; Bumi Aksara; Jakarta ;1994
  • Handout Mata Kuliah Administrasi Pendidikan


[1] Sesuai definisi dalam ensiklopedia Administrasi  (diambil dari Handout mata kuliah Administrasi pendidikan)

Senin, 12 September 2011

PEMIKIRAN PENDIDIKAN MENURUT KH. HASIM ASY’ARI

BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
A. Signifikasi Pendidikan
            Dalam membahas masalah ini, KH.Hasyim Asy’ari mengorientasikan pendapatnya berdasarkan alqur’an dan Al-Hadits. Sebagai contohnya ialah beliau mengambil pemikiran pendidikan tentang keutamaan menuntut ilmu dan keutamaan bagi yang menuntut ilmu dari surat Al-Mujadilah ayat 11 yang kemudian beliau uraikan secara singkat dan jelas. Misalnya beliau menyebutkan bahwa keutamaan yang paling utama dalam menuntut ilmu adalah mengamalkan apa yang telah dituntut. Secara langsung beliau akan menjelaskan maksud dari perkataan itu, yaitu agar seseorang tidak melupakan ilmu yang telah dimilikinya dan bermanfaat bagi kehidupannya di akherat kelak.
            KH. Hasyim Asy’ari menyebutkan bahwa dalam menuntut ilmu harus memperhatikan dua hal pokok selain dari keimanan dan tauhid. Dua hal pokok tersebut adalah :
1.      bagi seorang peserta didik hendaknya ia memiliki niat yang suci untuk menuntut ilmu, jangan sekali-kali berniat untuk hal-hal yang bersifat duniawi dan jangan melecehkan atau menyepelekannya.
2.       bagi guru dalam mengajarkan ilmu hendaknya meluruskan niatnya terlebih dahulu tidak semata-mata hanya mengharapkan materi, disamping itu hendaknya apa yang diajarkan sesuai dengan apa yang diperbuat.

            Hasyim Asy’ari juga menekankan bahwa belajar bukanlah semata-mata hanya untuk menghilangkan kebodohan, namun untuk mencari ridho Allah yang mengantarkan manusia untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akherat. Karena itu hendaknya belajar diniatkan untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai islam bukan hanya semata-mata menjadi alat penyebrangan untuk mendapatkan meteri yang berlimpah.
B. Tugas dan Tanggung Jawab Murid
Murid sebagai peserta didik memiliki tugas dan tanggung jawab berupa etika dalam menuntut ilmu, yaitu :
a.      Etika  yang harus diperhatikan dalam belajar
Dalam hal ini Hasyim Asy’ari mengungkapkan ada sepuluh etika yang harus dipenuhi oleh peserta didik atau murid, yaitu :
1.      membersihkan hati dari berbagai gangguan keimanan dan keduniawian
2.      membersihkan niat
3.      tidak menunda-nunda kesempatan belajar
4.      bersabar dan qonaah terhadap segala macam pemberian dan cobaan
5.      pandai mengatur waktu
6.      menyederhanakan makan dan minum
7.      bersikap hati-hati atau wara’
8.      menghindari makanan dan minuman yang menyebabkan kemalasan yang pada akhirnya menimbulkan kebodohan
9.      menyediakan waktu tidur selagi tidak merusak kesehatan
10. meninggalkan kurang faedah (hal-hal yang kurang berguna bagi   perkembangan diri). Dalam hal ini tidak dibenarkan ketika seorang yang menuntut ilmu hanya menekankan pada hal-hal yang bersifat rohaniah atau duniawiah saja, karena keduanya adalah penting.
b.      Etika Seorang Murid Terhadap Guru
Etika seorang murid murid kepada guru, sesuai yang dikatakan oleh Hasyim Asy’ari hendaknya harus memperhatikan sepuluh etika utama, yaitu :
1.      hendaknya selalu memperhatikan dan mendengarkan apa yang dijelaskan atau dikatakan oleh guru
2.      memilih guru yang wara’ artinya orang yang selalu berhati-hati dalam bertindak disamping profesionalisme
3.      mengikuti jejak guru yang baik
4.      bersabar terhadap kekerasan guru
5.      berkunjung kepada guru pada tempatnya atau mintalah izin terlebih dahulu kalau harus memaksa keadaan pada bukan tempatnya
6.      duduklah yang rapi dan sopan ketika berhadapan dengan guru
7.      berbicaralah dengan sopan dan lemah lembut
8.      dengarkan segala fatwanya
9.      jangan sekali-kali menyela ketika sedang menjelaskan
10. dan gunakan anggota kanan bila menyerahkan sesuatu kepadanya.
c.      Etika Murid Terhadap Pelajaran
Dalam menuntut ilmu murid hendaknya memperhatikan etika berikut :
1.      memperhatikan ilmu yang bersifat fardhu ‘ain untuk dipelajari
2.      harus mempelajari ilmu-ilmu yang mendukung ilmu-ilmu fardhu ‘ain
3.      berhati-hati dalam menanggapi ikhtilaf para ulama
4.      mendiskusikan atau menyetorkan apa yang telah ia pelajari pada orang yang dipercayainya
5.      senantiasa menganalisa, menyimak dan meneliti ilmu
6.      pancangkan cita-cita yang tinggi
7.      bergaulah dengan orang berilmu lebih tinggi (intelektual)
8.      ucapkan bila sampai ditempat majlis ta’lim (tempat belajar, sekolah, pesantren, dan lain-lain)
9.      bila terdapat hal-hal yang belum diketahui hendaknya ditanyakan
10. bila kebetulan bersamaan banyak teman, jangan mendahului antrian bila tidak mendapatkan izin
11. kemanapun kita pergi kemanapun kita berada jangan lupa bawa catatan
12. pelajari pelajaran yang telah diajarkan dengan continue (istiqomah)
13. tanamkan rasa semangat dalam belajar.
 C. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
            Dalam dunia pendidikan tidak hanya seorang murid yang memiliki tanggung jawab. Namun seorang guru juga memiliki tanggung jawab yang hampir serupa dengan murid, yaitu :
a.      Etika Seorang Guru
Seorang guru dalam menyampaikan ilmu pada peserta didik harus memiliki etika sebagai berikut :
1.      selalu mendekatkan diri kepada Allah
2.      senantiasa takut kepada Allah
3.      senantiasa bersikap tenang
4.      senantiasa berhati-hati
5.      senantiasa tawadhu’ dan khusu’
6.      mengadukan segala persoalannya kepada Allah SWT
7.      tidak menggunakan ilmunya untuk keduniawian saja
8.      tidak selalu memanjakan anak didik
9.      berlaku zuhud dalam kehidupan dunia
10. menghindari berusaha dalam hal-hal yang rendah
11. menghindari tempat-tempat yang kotor atau maksiat
12. mengamalkan sunnah nabi
13. mengistiqomahkan membaca al-qur’an
14. bersikap ramah, ceria, dan suka menebarkan salam
15.  membersihkan diri dari perbuatan yang tidak disukai Allah
16. menumbuhkan semangat untuk mengembangkan dan menambah ilmu pengetahuan
17. tidak menyalahgunakan ilmu dengan menyombongkannya
18. dan membiasakan diri menulis, mengarang dan meringkas.
            Dalam pembahasan ini ada satu hal yang sangat menarik, yaitu tentang poin yang terakhir guru harus rajin menulis, mengarang dan meringkas. Hal ini masih sangat jarang dijumpai, ini juga merupakan menjadi salah satu faktor mengapa masih sangat sulit dijumpai karya-karya ilmiah. Padahal dengan adanya guru yang selalu menulis, mengarang dan merangkum, ilmu yang dia miliki akan terabadikan.
b.      Etika Guru dalam mengajar
Seorang guru ketika mengajar dan hendak mengajar hendaknya memperhatikan etika-etika berikut :
1.      mensucikan diri dari hadats dan kotoran
2.      berpakaian yang sopan dan rapi serta berusaha berbau wewangian
3.      berniat beribadah ketika dalam mengajarkan ilmu
4.      menyampaikan hal-hal yang diajarkan oleh Allah (walaupun hanya sedikit)
5.      membiasakan membaca untuk menambah ilmu pengetahuan
6.      memberikan salam ketika masuk kedalam kelas
7.      sebelum belajar berdo’alah untuk para ahli ilmu yang telah terlebih dahulu meninggalkan kita
8.      berpenampilan yang kalem dan menghindarkan hal-hal yang tidak pantas dipandang mata
9.      menghindarkan diri dari gurauan dan banyak tertawa
10. jangan sekali-kali mengajar dalam kondisi lapar, makan, marah, mengantuk, dan lain sebagainya
11. hendaknya mengambil tempat duduk yang strategis
12. usahakan berpenampilan ramah, tegas, lugas dan tidak sombong
13. dalam mengajar hendaknya mendahulukan materi yang penting dan disesuaikan dengan profesionalisme yang dimiliki
14. jangan mengajarkan hal-hal yang bersifat subhat yang dapat menyesatkan
15. perhatikan msing-masing kemampuan murid dalam meperhatikan dan jangan mengajar terlalu lama
16. menciptakan ketengan dalam belajar
17. menegur dengan lemah lembut dan baik ketika terdapat murid yang bandel
18. bersikap terbuka dengan berbagai persoalan yang ditemukan
19. berilah kesempatan pada murid yang datang terlambat dan ulangilah penjelasannya agar mudah dipahami apa yang dimaksud
20. dan apabila sudah selesai berilah kesempatan kepada anak didik untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.
            Dari pemikiran yang ditawarkan oleh hasyim asy’ari tersebut, terlihatlah bahwa pemikirannya tentang etika guru dalam mengajar ini sesuai dengan apa yang beliau dan kita alami selama ini. Hal ini mengindikasikan bahwa apa yang beliau fikirkan adalah bersifat fragmatis atau berdasarkan pengalaman. Sehingga hal inilah yang memberikan nilai tambah begi pemikirannya.
c.      Etika Guru Bersama Murid
Guru dan murid pada dasarnya memiliki tanggung jawab yang berbeda, namun terkadang seorang guru dan murid mempunyai tanggung jawab yang sama, diantara etika tersebut adalah :
1.      berniat mendidik dan menyebarkan ilmu pengetahuan serta menghidupkan syari’at islam
2.      menghindari ketidak ikhlasan dan mengejar keduniawian
3.      hendaknya selalu melakukan instropeksi diri
4.      menggunakan metode yang sudah dipahami murid
5.      membangkitkan semangat murid dengan memotivasinya, begitu murid yang satu dengan yang lain
6.      memberikan latihan – latihan yang bersifat membantu
7.      selalu memperhatikan kemapuan peserta didik yang lain
8.      bersikap terbuka dan lapang dada
9.      membantu memecahkan masalah dan kesulitan peserta didik
10. tunjukkan sikap yang arif dan tawadhu’ kepada peserta didik yang satu dengan yang lain.
Bila sebelumnya seorang murid dengan guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda, maka setelah kita telaah kembali, ternyata seorang guru dan murid juga memiliki tugas yang serupa seperti tersebut di atas. Ini mengindikasikan bahwa pemikiran Hasyim Asy’ari tidak hanya tertuju pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh peserta didik dan guru, namun juga keasamaan yang dimiliki dan yang harus dijalani. Hal ini pulalah yang memberikan indikasi nilai utama yang lebih pada hasil pemikirannya.



















BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat kita tarik beberapa kesimpulan, diantaranya:
1.       KH. Hasyim Asy’ari menyebutkan bahwa dalam menuntut ilmu harus memperhatikan dua hal pokok selain dari keimanan dan tauhid. Dua hal pokok tersebut adalah :
a.      bagi seorang peserta didik hendaknya ia memiliki niat yang suci untuk menuntut ilmu, jangan sekali-kali berniat untuk hal-hal yang bersifat duniawi dan jangan melecehkan atau menyepelekannya.
b.      Bagi guru dalam mengajarkan ilmu hendaknya meluruskan niatnya terlebih dahulu tidak semata-mata hanya mengharapkan materi, disamping itu hendaknya apa yang diajarkan sesuai dengan apa yang diperbuat.
2.      Dalam dunia pendidikan Guru dan Murid mempunyai tugas dan tanggung jawab berupa etika yang harus di penuhi dan di mengerti oleh guru dan murid selama kegiatan belajar mengajar maupun sebelum kegiatan belajar mengajar.








PENUTUP

Demikianlah uraian singkat yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan pembahasan ini dapat memberikan banyak pengetahuan bagi kita dan semoga kita dapat mengamalkannya di lingkungan masyarakat.
Kami menyadari masih banyak kekurangan berupa penulisan, kelengkapan data dan keakuratannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar pada pembuatan makalah yang selanjutnya lebih baik dari pada makalah ini.




















Daftar Pustaka
Noor, M. , Rohinah, KH. Hasim Asy’ari Memodernisasi NU dan     Pendidikan Islam, (Jakarta:Penerbit Grafindo Khazanah Ilmu, 2010)